Teman, dan saudara/saudari sebangsa Indonesia...,
Coba lihat dan perhatikan peta Indonesia negara kita....
Ibarat pedagang, posisi menentukan ramainya pembeli, di sisi lain ibarat pemain sepak bola posisi menentukan prestasi - kita tahu jarang sekali pemain belakang menciptakan gol, rata-rata striker yang menciptakan gol.
Indonesia bagai pedagang, Tuhan Yang Maha Esa telah menentukan letak Indonesia sudah berada di tempat yang "ramai" tempat yang menjadi lalu-lalang para pengunjung, ada yang cuma melongok lihat-lihat, ada yang sekedar lewat, ada pula yang mampir betul-betul nongkrong melihat dagangan di tempat yang namanya Indonesia...
Bagai striker di lapangan sepak bola, kita itu selalu di depan gawang, tinggal gocek-gocek sedikit, bermain ulet dan jika dapat mengecoh pemain belakang lawan, maka gol akan tercipta.
Intinya : Indonesia itu Poros Dunia, "The heart of Asia", betul-betul Zamrud khatulistiwa yang sungguh tak ternilai harganya. Dan satu hal lagi, menurut kami pribadi Indonesia itu bisa memboikot dunia..., bukan dunia yang memboikot Indonesia. Hasil bumi apa yang ada di belahan dunia lain, ada di Indonesia -- sebaliknya hasil bumi yang ada di Indonesia belum tentu ada di negeri lain...Indonesia itu kaya sumber daya alamnya, buminya penuh berkah...sampai-sampai ilmuan Brazil Prof Arysio Santos dalam bukunya "Altantis the Lost Continents Finally Found" merujuk negeri Atlantis adalah Indonesia (betul tidaknya perlu kajian mendalam...)
Sebaiknya Bangsa Indonesia tak terlintas di benak mereka akan bergantung dengan bangsa lain. Justru sebaliknya bangsa lainlah yang bisa bergantung dengan Indonesia, jangankan boikot dari sumber daya alam, kasus "export" asap Riau saja, Singapura dan Malaysia pernah resah, apalagi kita mengerahkan segenap kemampuan kita untuk menyaingi mereka. Lihatlah peta Indonesia, betapa negara-negara tetangga justru sangat diuntungkan dengan negeri kita.
Sudahlah, sudah banyak anak bangsa ini yang mengetahui potensi Indonesia, kemolekan negerinya, potensi sumber daya alamnya, besar hasil buminya, ada segudang dan bertumpuknya kebaikan yang terpendam di negeri yang bernama Indonesia.
Hanya saja kita masih tertinggal dalam menggali "potensi Sumber Daya Manusia". Indonesia tertinggal dari negeri-negeri lain dengan satu kata : "manusia" - makhluk termulia yang dicipkatan Allah - Tuhan Yang Satu, andaikan manusia itu tahu untuk apa dia diciptakan...
Di sisi potensi laut, jika kita bangsa Indoneisa jeli, sungguh jelas laut kita bisa menopang perekonomian bangsa. Bahwa dari sisi kelautan, yang paling utama dari sisi transportasi laut, perekonomian Indoesia bisa tumbuh dan menggantikan sektor migas yang pernah sangat diandalkan negeri ini di era 80-an, di era pak Harto dulu. Lihatlah peta di atas, Indonesia adalah negara kepulauan dan laut seharusnya bukan pemisah antara satu pulau dengan pulau lainnya. Tetapi laut justru pemersatu bangsa (ada pada deklarasi Djuanda), dan sektor transportasi laut sungguh bisa menjadi penopang perekonomian bangsa.
Bagi negara kepulauan perlu media atau "jembatan" yang dapat menghubungkan satu pulau ke pulau yang lain, dan media yang dapat memindahkan sumber daya alamnya dari pulau yang surplus ke pulau minus. Media ini berfungsi melancarkan arus barang (komoditi) dan arus manusia sehingga ekonomi bisa tumbuh. Dengan terjaminnya kelancaran arus barang dan manusia, ini dapat mengurangi "disparitas" harga bahkan dapat membuat kesama-rataan harga antara satu pulau dengan pulau lainnya.
"Jembatan" yang paling efektif, yang paling murah (ekonomis), yang bisa membawa ribuan ton komoditi, baik itu komoditi primer, mau pun komoditi lainnya guna membangun ekonomi kawasan tertinggal, yaitu kapal laut. Pelabuhan dan armada (Kapal laut) dua hal yang tak terpisahkan agar terciptanya kelancaran arus barang (komoditi) dan arus manusia untuk negara kepulauan seperti Indonesia.
Sedikitnya pemahaman betapa vitalnya moda transportasi laut dan belum terbukanya visi bangsa kita tentang betapa strategisnya sektor transportasi laut, membuat moda transportasi darat hingga saat ini sangat vital - besarnya mencapai 91.25% dari seluruh moda transportasi Nasional, dikutip dariMateri presentasi ALFI (Association Logistics & Freight Forwarding Indonesia - "Logistics Reform for Indonesia Competitiveness" tahun 2014 lalu.
Model penguatan moda transportasi jalan darat yang selama ini terjadi di Indonesia membuat ongkos transportasi Nasional, terutama biaya angkutan komoditi menjadi sangat mahal, yang termahal di ASEAN. Bisa dilihat dari tabel di samping, kita masih tertinggal dengan Vietnam dan Thailand dalam hal biaya transportasi.
Selama beberapa dekade, penguatan sektor jalan darat terbukti tidak dapat mengurangi disparitas (perbedaan) harga komoditi antara Indonesia bagian Barat, Indonesia bagian Tengah, terutama perbedaan harga antara Indonesia Barat dan Timur (seperti Iran jaya di mana harga satu sak semen bisa mencapai Rp1 juta lebih, sementara di Indonesia bagian Barat cuma Rp60 ribuan).
Di abad dulu, jaman imperalisme bangsa Eropa menetapkan 3 (tiga) pilar ekspansi dengan "gold" - kekayaan materi, "golpest" - misi keagamaan, "glory" - kejayaan.
Di dunia dulu ada satu negara kepulauan yang sangat kuat yaitu : Inggris.
Mengapa negara ini kuat? - Karena armada kelautan mereka yang kuat, mereka menjajah, menapaki negeri-negeri lain oleh karena kuatnya armada laut mereka, sehingga jika saat ini negara-negara belahan dunia akan memakai hukum laut, maka mereka menetapkan -- "English Law to Apply."
Inggris kalau kita lihat peta negaranya di Eropa sana, negara ini pun sama dengan Indonesia, sama-sama negeri kepulauan. Dari luas negara, negeri Inggris kecil, tidak sebesar Indonesia, luas daratan Inggris kira-kira besarannya tidak lebih dari pulau Kalimantan ditambah pulau Jawa. Namun saat ini di dunia, bahasa Internasional yang dipakai adalah bahasa Inggris, karena anak bangsa negeri ini dulu orang-orangnya pernah menapaki kakinya hampir di seluruh daratan penjuru dunia.
Beberapa waktu sebelum imperalisme Eropa, kita punya kerajaan Majapahit, yang juga kuat dari sisi armada lautnya, namun tidak se-ekspansif Inggris. Begitu pula bangsa dari rumpun Melayu yang "Nenek Moyangnya" adalah pelaut, namun suku Melayu lebih menekankan dari sisi komersilisasi laut atau dari sisi nelayan saja. Bilamana ada istilah di negara kita "Nenek Moyangku Seorang Pelaut..." ini pepatah kita dulu dan seiring dengan berjalannya waktu, semakin hari dilupakan anak-anak bangsa di negeri ini.
Bukti bahwa suku Melayu adalah pelaut dan menapaki daratan di seluruh Nusantara adalah akar bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Melayu, karena dahulu suku Melay inilah yang melayari wilayah-wilayah di seluruh Nusantara.
Melihat kondisi dekade terakhir ini maka peranan sektor transportasi laut di negeri kita harus kembali dihidupkan. Tidak ada kata terlambat. Mari kita lihat satu sisi saja, kami ulangi satu sisi saja! Lihat peta Indonesia dan lihat Selat Malaka..!
Ada tiga negara yang secara langsung menjadi lintasan sepanjang Selat Malaka. Yakni Indonesia, Singapura dan Malaysia. Jika kapal-kapal niaga dari Eropa, Persian Gulf, India, Bangladesh akan ke Far East (ASEAN, China, Korea dan Jepang), maka jalan laut yang terpendek pasti melewati Selat Malaka. Demikian pula sebaliknya kapal-kapal untuk melakukan perdagangan dari Far East akan menuju ke Eropa, Persian Gulf dan India, juga melewati Selat Malaka.
Pernahkah kita melakukan survey, berapa juta kapal yang melewati Selat Malaka dalam setahun? Negara mana yang paling menikmati keberadaanSelat Malaka? Negara mana yang paling meraup keuntungan lalu-lalangnya kapal-kapal laut dengan keberadaan Selat Malaka? Sudahkan kita berfikir, bagaimana Selat Malaka dimanfaatkan oleh Indonesia?
Singapura negeri yang boleh dibilang setitik di peta bumi (lihat peta atas), tapi perekonomian ASEAN dan bahkan perekonomian Indonesia dapat disetir oleh negara singa ini. Malaysia pun tak mau ketinggalan membuat pelabuhan "Tanjung Pelepas" guna menyaingi Singapura demi kemanfaatan Selat Malaka ini. Dari sisi pundi-pundi pemasukan devisa berapa juta dollar potensi Indonesia yang hilang, disebabkan Indonesia tidak memanfaatkan ramainya lalu-lalang kapal-kapal niaga dari penjuru dunia yang melewati Selat Malaka...
Singkatnya menurut hemat kami pada kesempatan ini, via blog ini kami mencoba "Reminder" kepada seluruh komponen bangsa Indonesia bahwa jika Indonesia ingin menjadi :
- Poros Laut Dunia,
- Memahami lebih spesifik apa itu Tol Laut
Dua hal di atas yang sering disuarakan nyaring di media Nasional, maka Bangsa Indonesia perlu :
A. Memiliki pengetahuan berkenaan dengan sektor transportasi niaga laut, (tidak melulu
sektor perikanan, ikan tangkap, budi daya ikan, rumput laut dan terumbu karang)
B. Para elit bangsa Indonesia yang harus memiliki "Visi Pembangunan Ekonomi"
berbasis kelautan.
Dua hal di atas itu saja cukup.
Oleh sebab itu, kami sebisa mungkin menyempatkan diri membuat blog ini, guna sharing pengalaman, sharing pengetahuan kami yang keseharian sebagai praktisi sektor transportasi laut di Indoensia. Semakin banyak bangsa kita memiliki pemahaman di sektor transportasi kelaut, maka semakin besar potensi negeri kita melangkah maju di sektor transportasi laut. Kesempatan era Presiden Jokowi-JK yang nyaring menyuarakan "Tol Laut" dan para akademisi dan pelaku kelautan yang juga nyaring menyuarakan "Poros Laut" seakan kami ikut arus di dalamnya meramaikan sektor kelautan di Indonesia.
Penutup - Tak lain dan tak bukan kami membuat blog ini guna kebaikan bersama, menambah serta mengembangkan wawasan potensi bangsa kita dari sektor transportasi laut, sehingga teriakan nyaring di media perihal "Tol Laut" dan "Poros Laut" ini singkron dengan pemahaman bangsa kita apa itu transportasi laut di Indonesia.
Bersambung ke "Tol Laut"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar