Headline tentang "Tol Laut" ini, sempat membahana dalam skala Nasional dan ramai dirilis mulai dari media elektronik, media cetak, dan sebagainya. Dan beberapa waktu lalu ada pula hearing di Kadin Indonesia bertajuk "Efek Tol Laut Pemerintahan Jokowi - JK"
Kami kebetulan praktisi di industri transportasi laut tentu senang-senang saja dengan adanya istilah baru ini. Hmmm "Tol Laut" menurut kami "one of brillian idea" dari pak Jokowi guna mem-'boost up' perhatian media agar potensi "laut" Nusantara menjadi perhatian anak-anak bangsa ini.
Orang-orang awam pasti bertanya-tanya "...wah pak Jokowi akan membangun jalan tol di laut..." ya begitulah kira-kira. Mungkin saja itu. Ya bisa jadi karena pembebasan lahan di pulau Jawa kan mahal, ya sebagusnya kita buat jalan tol (jalan bebas hambatan) di atas lautan...hehehe....Dan coba kita cek perkembangan pembangunan panjang tol di Indonesia selama beberapa dekade ini dibandingkan dengan negara-negara lain jauh tertinggal. Sejak awal pembangunan hingga sekarang total panjang tol Indonesia hanya 774 km. Dibandingkan dengan Malaysia, negeri ini total panjang tol telah mencapai 3.000km. China telah mencapai 60.000km -- Referensi: http://bisnis.liputan6.com/read/693354/video-panjang-jalan-tol-indonesia-774-km-malaysia-3000-km
Info yang dapat negara-negara tersebut membangun tol 10 tahun setelah Indonesia.
Di era Pemerintahan yang sebelumnya ada beberapa jembatan/jalan (tol) laut yang menghubungkan antar pulau yang telah diresmikan -- yakni jembatan Suramadu dan tol Bali - Benoa. Yang terakhir yang digadang-gadang akan dibangun adalah jembatan Selat Sunda (yang akhirnya batal)
Jembatan yang mungkin dikatakan "Tol Laut" pertama kali dibangun di atas lautan yakni yang menghubungkan antar pulau adalah jembatan Suramadu. Jembatan ini telah selesai pembangunannya yang menghubungkan antara Surabaya dengan pulau madura. Jembatan ini dengan Panjang Total 5.438 meter dan dengan kisaran biaya pembangunan sebesar Rp 4,5 triliun selesai di tahun 2009. Referensi: http://oktavita.com/suramadu-bridge.htm
Dikatakan di sana "...Pemerintah China menyediakan dana senilai US$ 280 juta, melalui
Bank Ekspor Impor China sedang Pemerintah Indonesia menyediakan dana
pendamping 10% dari total biaya... "Kita lihat selesai pembangunannya kan tahun 2009, kita tahu di tahun itu bukan di era Presiden Jokowi-JK.
Dikatakan di sana Jalan tol sepanjang 12,7 km ini menelan biaya sekitar Rp2,5 triliun dan dikerjakan selama 14 bulan. Tol yang dibangun yang kebetulan di atas lautan ini pun dibangun dan diresmikan bukan di era Presiden Jokowi - JK.
Kita pun tentu bertanya, proyek yang mana nih dari pak Jokowi yang katanya membangun jalan tol di lautan?
Menurut hemat kami, saking derasnya penguatan sektor transportasi jalan darat di era Pemerintahan sebelumnya sehingga membuat orang Indonesia selalu berfikir yang namanya "Tol" adalah infrastruktur jalan raya di darat yang "melulu" dilalui oleh mobil, bus, truk, motor dan sejenisnya. Menurut hemat kami penguatan moda jalan darat itulah yang membuat harga transportasi Nasional kita lebih mahal serta sulit berkompetisi dengan negara lain (biaya transportasi kita lebih tinggi dengan negara-negara ASEAN lainnya).
Padahal "laut" itu adalah media "tol" yang sesungguhnya. Coba kita ke laut dan cek seluruh kapal laut, pasti tidak ada "rem"-nya. Kapal laut dan kapal terbang, adalah dua moda/alat transporter yang masing-masing beroperasi dengan tidak pakai rem. Ya kalau kapal terbang, rem-nya hanya dilakukan ketika mendarat saja. Namun ketika berada di udara, apakah pesawat udara tidak pernah nge-rem? Kapal laut pun sama, ketika di laut, kapal sama sekali tidak bisa di-rem..., kapal laut hanya bisa mengurangi kecepatannya dengan propeller mundur, itu pun mesti ada jeda dulu beberapa menit, kalau tidak tentu mesin kapal akan jebol. Sehingga lautan adalah jalan "bebas hambatan" bagi kapal laut.
Jadi menurut pendapat kami "Tol Laut" yang sesungguhnya : laut itu sendiri. Ya tentu jalan tol untuk kapal laut. Karena ketika kapal laut berlayar, maka kapal tersebut bisa dibilang berjalan / berlayar dengan "bebas hambatan". Sehingga lautan bukan tol untuk mobil, bus, truk dsb hehehe...Ketika kapal laut mencapai kecepatan maksimum katakanlah 14knot, maka kecepatannya akan efektif 14knot.
Mengapa disebut "Tol Laut"? -- Tol laut yang dimaksud adalah penguatan "Armada Laut" dan revitalisasi VISI Transportasi Nasional dari Moda Transporter Darat ke Moda Transporter Laut - yaitu penguatan moda kapal-kapal laut dan pelabuhan tentunya.
Kebetulan kami pernah melihat presentasi Pak Lino. Dari beliau kami mendengar istilah "Pendulum Nusantara". Istilah ini yang dipopulerkan oleh RJ Lino - yang juga Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) . Ide yang digagas beliau menurut kami masuk akal dan bagus, dan esensi Tol Laut sebenarnya bisa jadi ada di sini. Beliau ini mengambil inisiasi "Pendulum Nusantara" ini dengan duplikasi "Pendulum Dunia" untuk kapal-kapal kontainer dari Asia ke Eropa, dan sebaliknya.
Duplikasi yang pernah dilakukan oleh kita adalah "Azas Cabotage" yang dulu di-inisiasi oleh Pak Oentoro Soerya, di mana negara-negara lain yang juga melakukan itu antara lain Jepang, China dan Amerika.
"Pendulum Nusantara" kurang lebih penjabarannya :
Kalau kita bicara kapal laut, maka kita bicara "komersil". Owner kapal laut ketika membeli kapal semestinya telah berhitung sampai kapan kapal tersebut akan kembali modal (ROI - Return of Investment). Investasi kapal laut dipastikan "High Investment". Dibutuhkan dana yang besar, katakanlah harga kapal kisaran 3,500dwt saja kapal 2nd hand pembuatan tahun 2.000-an bisa mencapai kisaran usd3 sd usd4 juta-an bergantung negara pembuatnya dan spec yang diminta serta semakin muda usia kapal, maka harga pun semakin tinggi.
Kaitannya antara "Pendulum Nusantara" dengan ROI (Return of Investment) pembelian kapal? Mari kita cermati skema "Pendulum Nusantara melalui gambar di bawah:
Kapal kita anggap ambil muatan jalan dari Belawan ke Batam terus ke Jakarta terus dan terus hingga berujung bongkar di Sorong. Di Belawan, Batam, Jakarta, Surabaya, Makasar itu boleh dibilang sudah pasti ada muatannya.
Ketika berlayar sebaliknya dari Sorong ke Makasar, terus ke Surabaya terus dan terus hingga berujung ke Belawan -- apakah ada kargo baliknya? Jika tidak ada muatan balik, maka rugi dong...perginya saja ada muatan, baliknya kosong? - kan rugi...
Tidak akan rugi, mari kita cermati lagi ilustrasi di bawah ini:
Gambar di atas ada bola-bola yang berwarna kuning kehijau-hijauan. Bola-bola tersebut ada yang berukuran besar, dan ada pula berukuran kecil. Bola yang besar menunjukkan bahwa muatan / kargo dari pelabuhan tersebut sangat besar, sementara bola yang kecil menunjukkan muatan kargo di pelabuhan tersebut relatif lebih kecil.
Kapal jalan membawa kargo dari Barat ke Timur, yaitu dari Belawan, Tg Priok/Jakarta, Tg Perak, Makasar penuh dengan muatan. Nah ketika kapal penuh dengan muatan dari pelabuhan-pelabuhan tersebut, maka uang tambang / freight-nya harus dibuat LEBIH TINGGI. Uang tambang (freight) harus telah dihitung untuk ongkos balik jika kapal KOSONG MUATAN dari Sorong ke Makasar ke Tg Perak ke Batam dan Belawan.
Kapal berlayar begitu terus, sehingga bolak-baliknya kapal mengikuti gerakan "pendulum".
Nah jika kondisi ini terus berlangsung, dan terjamin "direct berthing" tanpa harus mengantri, maka inilah "Tol Laut" mungkin dimaksud. Kami setuju. Hitungan ROI dari investasi pembelian kapal kami yakin dapat sesuai rencana.
Jika ide "Pendulum Nusantara" ini dapat dijalankan maka efek positif-nya antara lain:
a. Pemecahan masalah "disparitas harga" untuk komoditi yang ada Indonesia Timur
terutama di Irian Jaya, sehingga nantinya semen di sana harganya bisa mencapai
kisaran Rp100 ribuan saja per sak. (sekarang ini konon kabarnya harga bisa
mencapai Rp1 juta per sak)
b. Pemerataan pembangunan di Indonesia Tengah dan Timur, karena arus input material
untuk pembangunan terjamin harganya, terjamin stok nya dsb
c. Yang penting lagi adalah ini merupakan trigger "Pertumbuhan Ekonomi" Nasional.
d. Ke depan ada penyerapan sektor tenaga kerja di Industri Kelautan, dan sektor industri
lainnya tentu ini bisa meningkatkan daya beli masyarakat.
e. Jika ide Pendulum Nusantara ini dapat berjalan, tentu sektor pembenahan pelabuhan
di daerah terpencil akan lebih baik dari waktu ke waktu.
Konon kabarnya investasi Tol Laut ini mencapai 109T. Itu berita yang kita dapat dari Meneg BUMN melalui rilisnya di : http://finance.detik.com/read/2015/04/06/135005/2878994/4/bumn-didorong-dukung-tol-laut-jokowi-menteri-rini-investasinya-rp-109-t
Berapa pun investasinya, ide ini "One of Brillian Idea and Different from other president!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar